Konsepsi Halal Tourism New Generation untuk Menyongsong Banten Bermartabat di Era Keberlimpahan (Abundance) 2035-2040
Beberapa waktu lalu, seorang sahabat se-fakultas
pernah menyinggung Baduy sebagai tujuan wisata untuk mengisi liburan semester
gasal. Beberapa kerabat justru menyinggung soal Sate Bandeng sebagai oleh-oleh khas
Banten untuk berbagi dengan sanak saudara di Ibu Kota. Eksistensi Banten
nyatanya masih hangat digandrungi oleh penikmat tradisi dan kuliner. Bahkan
sejak saya melenggangkan kaki melewati batas-batas kepulauan hingga berita dari
manca negara, Banten faktanya masih sangat eksis terutama tentang sajian
pariwisatanya. Seperti yang dilansir dari kabar-banten.com, Banten memiliki
1.166 destinasi wisata yang terdiri atas wisata alam, sejarah, budaya hingga
buatan. Hingga akhir tahun 2017 saja, kunjungan turis asing telah mencapai
227.441 orang dan wisatawan domestik mencapi 15.3 juta orang.
Eksistensi wisata Banten telah mengisyaratkan
kepada kita bahwa dirinya telah berhasil eksis di era disrupsi ini. Bahkan
ketika hampir semua tatanan kehidupan masyarakat telah digantikan oleh
otomatisasi digital, sektor pariwisata Banten telah berhasil lolos menghadapi
derasnya arus digitalisasi. Ya, pariwisata memang menjadi salah satu destinasi
untuk memenuhi hasrat manusia sebagai
mahluk sosial. Selama manusia masih eksis dimuka bumi ini, maka kehadiran
sektor wisata merupakan hal yang multak harus ada ditengah kejenuhan dalam menjalankan berbagai aktivitas dalam hidup.
Sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang
berbatasan langsung dengan Ibu Kota, Banten telah merasakan dampak digitalisasi
di era disrupsi ini. Berbagai peristiwa digitalisasi tenaga kerja telah masuk
dan diadaptasi oleh masyarakat Banten dengan jumlah populasi penduduk sebesar
12.448.160 Jiwa. Banten dengan berbagai sektor andalannya telah mencoba membuka
mata untuk dapat beradaptasi dengan era ini. Namun, hal tersebut menjadi
tantangan tersendiri bagi sektor pariwisata di Banten, dimana munculnya start
up dibidang jasa seperti aplikasi Traveloka, Pegi-pegi telah melahirkan dunia
baru bagi konsumen untuk mendapatkan fasilitas terbaik dengan biaya paling
minimal. Pada akhirnya, Banten harus bersiap diri untuk mengahdapi masa depan dengan
menciptakan sebuah konsep baru dibidang pariwisata untuk menjawab tantangan di
era baru kelak.
Banten, dengan segudang potensinya harus segera
menyadari fenomena demi fenomena yang tengah terjadi di depan mata. Kita tidak
dapat menghindar dari realitas bahwa dinamika dunia akan terus berjalan, era
baru akan selalu muncul ditengah eksistensi peradaban manusia. Seperti yang
pernah dikatakan oleh Peter Diamandis dalam bukunya yang berjudul Abundance: The Future is Better than You Think.
Ia meramalkan bahwa suatu hari kita akan sampai pada era keberlimpahan (abundance) atau dikenal juga dengan
istilah free economy sehingga
semuanya serba berkelimpahan dan berbiaya minimal sekali. Maka dari itu, untuk
menjaga eksistensi potensi pariwisata Banten, perlu ada gagasan pariwisata baru
yang dapat menjawab tantangan di masa depan, khususnya di era keberlimpahan (abundance).
Teori yang dikemukakan Peter Diamandis tentang
datangnya era abundance harus dilihat
sebagai peluang bagi Banten terutama untuk pengembangan potensi wisatanya. Hari
ini, kita tengah berbicara bagaimana eksistensi wisata Banten masih dapat
beradaptasi dengan era disrupsi. Sedangkan dimasa depan, kita tidak lagi
membicakan persoalan disrupsi, melainkan mendiskusikan kearah mana pariwisata
banten tersebut melaju. Sesuai dengan judul tulisan ini, maka Konsepsi Halal Tourism New Generation akan
menjadi peluang bagi Banten untuk tetap eksis dimasa depan. Sektor ini
disinyalir akan eksis dimasa depan seiring dengan pertumbuhan penduduk muslim
yang kian mendominasi dunia. Berdasarkan proyeksi Tim Peneliti Pew Research Center Mengatakan bahwa
Islam akan menjadi agama terbesar di Dunia pada tahun 2075. Namun pertanyaan kemudian
muncul, bagaimana konsepsi ini dapat berhasil diterapkan di Banten?
Konsep Halal
Tourims sebenarnya merupakan konsep lama yang saat ini sedang populer
diadaptasi diberbagai negara. Sebut saja Malaysia, Uni Emirat Arab, dan Turki.
Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia pun tidak
kalah eksis dengan wisata halalnya. Padang, Lombok, banyuwangi dan Aceh adalah
bukti nyata kepesertaan Indonesia di kancah internasional terkait pariwisata
halalnya. Bahkan sejak dimulainya kepesertaan Indonesia dalam World Halal Tourism Award, terhitung
sudah belasan penghargaan sekaligus telah diboyong Indonesia terutama terkait
konsepsi halal tourims-nya. Banten, sebagai salah satu provinsi yang masih
belia dalam pengelolaan pariwisata dengan jumlah penduduk muslimnya mencapai
94,62 persen, juga harus berkaca dengan kota-kota sandingannya. Walaupun di
masa depan, konsep ini terancam akan menjadi konsep klasik jika tidak di upgrade sesuai tuntutan zaman.
Dengan melihat potensi dan relevansi di era abundance, konsepsi Halal Tourism New Generation nantinya tidak hanya sebatas pada pemenuhan indikator-indikator pariwisata
halal yang ideal. Akan tetapi, mekanismenya harus diintegrasikan dengan era
digitalisasi dan harus memperhatikan biaya seminimal mungkin. Era digitalisasi
mengacu pada konsep era disrupsi dimana saat ini telah terjadi perubahan secara
fundamental pada berbagai bidang kehidupan manusia. Data dari APJII menunjukan penggunaan
internet mencapai lebih dari 50% dari total populasi Indonesia merupakan salah
satu contohnya, terutama untuk mengakses media sosial dan aplikasi daring
lainnya. Beberapa wisata terkenal di Banten seperti Baduy, Tanjung Lesung,
Sawarna, dan Lain-lain akan tetap eksis walaupun era saat ini telah berubah
digantikan dengan era baru.
Konsepsi Halal
Tourism New Generation tidak lagi membahas tentang bagaimana penyediaan
fasilitas muslim seperti mushola ditempat wisata atau ketersediaan toilet bagi
muslim seperti yang telah diterapkan pada pariwisata di Lombok, Nusa Tenggara
Barat. Akan tetapi, penekannya adalah pada sisi promosi yang dikemas dengan
sistem digital dan biaya paling minimal atau free ekonomi. Artinya konsepsi baru ini akan berusaha menjelaskan
kepada konsumen bahwa pariwisata di Banten memang menyediakan fasilitas sesuai
dengan Halal Tourism dan biayanya dapat
dijangkau oleh semua kalangan. Karena sebagaimana yang kita ketahui bahwa pada
era ini setiap orang memiliki kecenderungan untuk menentukan pilihan dengan
biaya paling minimal. Pemberlakuan diskon untuk tiket, fasilitas toilet
non-berbayar, penerapan robotisasi pada pelayanan jasa hingga pemberian kuliner
khas gratis jika melakukan kunjungan ke Banten merupakan beberapa contoh
penerapan konsepsi ini. Dengan begitu, sektor pariwisata Banten akan selalu
eksis ditengah peradaban yang semakin dinamis, terutama untuk menyongsong era abundance tahun 2035-2040.
#provinsibanten #kotaserang#kotatangerang #kotacilegon #pandeglang#rangkasbitung #lebak #infocilegon#karyatulis #lombablog #kontesblog#lombaartikel #lombakaryatulis#ayokebanten #infoserang #kontestulis#lombamenulis #infocilegon#infotangerang #igersbanten

Komentar
Posting Komentar